The Best Stories And Sciens Was Here...!!!

6 Gang motor paling ditakuti di Jakarta dan Bandung

http://dian-mardiana74.blogspot.com/

Artikel Geng motor tengah menjadi sorotan akhir-akhir ini. Pengeroyokan yang melibatkan kelompok pengendara motor dan oknum tentara terjadi hampir tiga pekan terakhir. Polisi dan militer sampai harus menggelar operasi khusus bagi pengendara motor. Data Indonesia Police Watch mengungkapkan setiap tahun lebih dari 60 orang tewas karena ulah geng motor. Sebanyak 65 orang tewas pada tahun lalu akibat geng motor.

Berita tentang dampak geng motor membuat kita teringat langkah yang diambil Kepolisian Bandung. Pada Desember 2010, saking merepotkan, empat geng besar: XTC, Brigezz, GBR, dan Moonraker dibubarkan Kepolisian Resor Bandung. Keempat kelompok ini membubarkan diri dalam sebuah deklarasi di Lapangan Tegallega, Bandung. Mereka berubah menjadi organisasi kemasyarakatan dan klub otomotif resmi. Namun, ceritanya berubah di lapangan. XTC, geng terbesar, masih sulit dibubarkan. Pada Mei 2011, anggota XTC ditangkap karena menyerang dan merusak di Bogor.

Dari sekian banyak geng motor Bandung dan Jakarta, ada beberapa kelompok yang paling ditakuti.

XTC (Exalt to Coitus)

Exalt to Coitus artinya kurang lebih 'menyenangi segala sesuatu tentang seks'. Namun, sekarang berganti menjadi Exalt to Creativity. XTC dibentuk pada 1987 oleh tujuh orang siswa SMA swasta Bandung. Lambang XTC, lebah membawa samurai. Semboyan XTC: "Loe asik gw santai, loe usik gw bantai." Anggota XTC sekitar 5 ribu di Jawa Barat dengan pusat di Bandung.

Untuk menjadi anggota XTC, calon anggota harus mengikuti penggojlogan di Lembang. Biasanya calon akan diuji ketahanan fisik seperti ditendang, diinjak, dan dipukul. Selanjutnya diadakan tes mengendarai motor ke rumah tanpa rem. Kegiatan lainnya konvoi, adu balap, dan kriminal, seperti penodongan.

Brigezz

Dibentuk pada 1980-an oleh siswa SMA 7 Bandung dengan singkatan Brigadir Seven. Lama-kelamaan, anggota dan kekuasaan daerah Brigezz semakin luas. Pada 1999, nama geng berubah menjadi Brigadir Gestapu. Awal mula Brigess hanya adu balap liar, tetapi berubah menjadi tindakan kriminal. Brigezz menguasai Jalan Lengkong Besar dan Kecil, lalu Sudirman. Untuk menjadi anggota, calon wajib memiliki ketrampilan bermotor. Calon juga diuji dengan aksi mengundang bahaya dan meminum darah.

Polisi pernah menemukan dokumen tentang doktrin angota Brigezz. Ada tiga doktrin, yaitu musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di tengah malam.

GBR (Grab on Road)

GBR juga lahir pada tahun 1989 di SMPN 2 Bandung. Kelompok yang anggotanya mayoritas anak SMP ini mengidentifikasikan diri dengan segala sesuatu yang berbau Jerman. Mereka mengusung bendera berwarna merah-kuning-hitam.

Graber, begitu mereka menyebut dirinya, menguasai sepanjang Jalan Sunda, Sumatera dan sekitarnya. Anggotanya tidak sebanyak XTC dan Brigezz, tetapi ditakuti dan sulit ditaklukkan. Tahun 2005 pernah salah satu markas GBR di Margahayu akan diserang XTC, ditunggu-tunggu XTC tidak kunjung datang, anak-anak GBR langsung yang menyerang markas XTC.

M2R (Moonraker)

Geng ini didirikan pada 1978 oleh siswa SMA di Jalan Dago. Moonraker berasal dari film James Bond kala itu. Lambang Moonraker berupa bendera merah putih biru dan gambar kelelawar. Dari segi jumlah, Moonraker ada di bawah Brigezz. Anggota Moonraker menguasai daerah Dago dan Dipatiukur.

Syarat untuk menjadi anggota Moonraker hampir sama dengan geng lain, di antaranya harus bisa mengendarai motor dari Lembang tanpa rem. Selain itu, anggota baru juga harus berkelahi dengan senior. Dalam organisasinya terdapat jabatan panglima perang yang mengatur ketika terjadi perang antar-geng atau perebutan wilayah.

Perilaku kriminal Moonraker terakhir yang menonjol terjadi sewaktu belasan anggotanya menyerang Geng XTC. Satu anggota tewas dengan badan penuh tusukan pada Desember 2011.

Y-GEN atau Young Generation

Geng ini memiliki slogan “Don’t Make Us Angry”. Geng ini berdiri sejak tahun 1990-an di Jakarta. Para pengguna motor bercerita di milis-milis bahwa Y-Gen tidak ubahnya kelompok begal motor. Biasanya mereka konvoi sebanyak puluhan hingga ratusan motor setelah lewat jam 12 malam. Konvoi dimulai dari sekitar markas Y-Gen di daerah Tanjung Priok, dilanjutkan ke Sunter Mall, Kemayoran, Yos Sudarso, Senayan, Sudirman, Kuningan, Menteng, Senen, Pramuka, kemudian kembali ke Priok. Konvoi Y-Gen biasanya juga masuk Tol Plumpang. Banyak cerita, jika Y-Gen konvoi lebih baik menghindar. Ketika iring-iringan Y-Gen berpapasan dengan motor lain, motor langsung diambil paksa.

Geng motor Y-Gen punya beberapa ciri yang khas. Mereka biasanya konvoi tidak safety riding alias konvoi tanpa pakai helm dan spion serta mematikan lampu. Usia anggota Y-Gen rata-rata ABG, sekitar SMP-SMA. Motor anggota geng beda dengan klub motor. Y-Gen mengendarai bermacam merek. Namun, mesin sudah ditrondol dengan suara knalpot racing. Jika sedang konvoi, kelompok ini tidak takut pada polisi. Beberapa komunitas biker mempunyai pengalaman melihat kawanan geng Y-Gen merampok pengendara mobil yang sedang parkir. Namun, polisi tidak bisa mencegahnya.

PACINKO

Pacinko tenar dengan sebutan Pasukan Cina Kota. Kebanyakan anggota geng ini adalah anak keturunan Tionghoa. Pacinko didirikan oleh Johny Indo. Pada era 70-80-an, Pacinko ditakuti geng-geng motor. Anggota Pacinko sekarang sudah uzur. Namun, Pacinko telah melahirkan geng-geng motor lain. Sebut saja Gamshi atau Gabungan Anak Muda Berprestasi yang jago ngetrek, MGZT (Mangga Besar Anak Ibliz), Hanoman, Aligator, dan Green Eagle. Dari sejumlah geng bentukan Pacinko, hanya Wild Boys yang berbeda. Sebagian besar anggotanya bukan keturunan Tionghoa.

Geng bentukan Pacinko biasanya bermusuhan dengan Y-GEN. Ada juga NSR (Night Sons Racing) yang berkawan dengan Y-GEN. NSR sering konvoi dengan Y-GEN keliling Jakarta. Satu saran bila berpapasan dengan Pacinko: menghindar.

Demikianlah artikel geng motor ini,semoga menjadi pembelajaran dan pemahaman bahwa kita harus selalu waspada dan hati-hati ketika berada di jalanan.





 
0 Komentar untuk "6 Gang motor paling ditakuti di Jakarta dan Bandung"

Back To Top